Wednesday, October 23, 2013

Hubungan Bobot Panjang Tubuh Ikan Layang / Decapterus ruselli Serta faktor kondisinya

I.  PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Hubungan  panjang dan berat  merupakan  aspek  biologi perikanan yang perlu di pelajari. Panjang tubuh sangat berhubungan dengan  panjang dan berat seperi hukum kubik yaitu bahwa berat sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Namun, hubungan yang terdapat pada ikan sebenarnya tidak demikian karena bentuk dan panjang ikan berbeda-beda.
Hubungan bobot – panjang beserta distribusi panjang ikan sangat perlu diketahui umtuk mengkonservasi secara statistic hasil tangkapan dalam bobot ke jumlah ikan, untuk menduga besarnya populasi, dan untuk menduga laju kematiannya (Bayliff 1966). Data hubungan bobot – panjang juga diperlukan dalam manajemen perikanan yaitu untuk menentukan selektifitas alat agar ikan-ikan non target tidak ikut tertangkap. Berdasarkan hubungan bobot-panjang ikan, dapat diketahui koefisien kondisi ikan yang menunjukkan kegemukan atau kemontokan relatif ikan tersebut.

Pengamatan pertumbuhan ikan, baik panjang dan berat merupakan salah satu hal yang penting untuk diamati selama proses budidaya ikan. Hal ini dilakukan agar kenormalan pertumbuhan ikan dapat diketahui sedini mungkin. Hubungan panjang dan berat (Length-weight relationship/LWR) merupakan hal yang penting dalam penelitian ilmiah perikanan, karena hal ini memberikan informasi parameter-parameter populasi. Pertama, sebuah perubahan berat dan panjang memperlihatkan umur dan kelas kelompok tahun ikan; hal ini sangat penting dalam perikanan. Kedua, data panjang berat tersebut dapat digunakan untuk menaksirkan daya dukung stock perikanan tangkap. Selain itu, data panjang dan berat dapat juga menggambarkan petunjuk penting tentang perubahan iklim dan lingkungan.
Dikatakan juga bahwa dalam pengukuran tersebut nantinya akan diperoleh nilai b, yang ikut menentukan seimbang tidaknya antara berat dan panjang ikan. Dimana nilai b yang mungkin muncul adalah b<3, b=3, b>3.
Faktor kondisi Fulton atau sering disebut faktor kondisi saja merupakan keadaan yang menyatakan kondisi atau kemontokan ikan dengan angka. Nilai ini dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, makanan, dan tingkat kematangan gonad. Faktor kondisi ini menunjukkan keadaan ikan, baik dilihat dari segi fisik, maupun segi survival dan reproduksi. Dalam penggunaan secara komersial, pengetahuan kondisi hewan dapat membantu untuk menentukan kualitas dan kuantitas daging yang tersedia agar dapat dimakan.

B.     Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui hubungan panjang – bobot ikan layang Decapterus ruselli dan mengetahui faktor kondisinya.


II.                PEMBAHASAN
A.     Ikan Layang (Decapterus ruselli)
Ikan layang (Decapterus russelli) merupakan salah satu jenis ikan laut yang sering dijadikan sebagai teman nasi. Orang banyak yang menyukai ikan ini disamping rasanya enak ikan ini juga mempunyai nilai giji yang tinggi. Tingkat konsumsi ikan di negara kita masih rendah bila dibandingkan dengan negara-negara di tetangga kita, oleh karena itu sangatlah cocok bila ikan layang (Decapterus russelli) ini dijadikan sebagai makanan yang dikonsumsi sehari-hari sebagai salah satu cara untuk meningkatkan konsumsi ikan di masyarakat (Anonim, 2010a).
Klasifikasi ikan layang menurut Anonim (2010b) adalah sebagai berikut.
Filum          : Chordata
Subfilum     : Vertebrata
Kelas          : Actinopterygii
Ordo           : Perciformes
SubOrdo     : Percoidei
Famili          : Carangidae
Genus         : Decapterus
Spesies       : Decapterus russelli Ruppell
Ikan layang (Decapterus russelli) mempunyai nama umum round scad. Ikan layang (Decapterus russelli) merupakan ikan yang mempunyai kemampuan bergerak dengan cepat di air laut. Tingginya kecepatan tersebut dapat dicapai karena bentuk tubuhnya yang seperti cerutu dan mempunyai sisik yang sangat halus. Ikan layang (Decapterus russelli) bentuk tubuh seperti cerutu tetapi agak pipih, sirip dada lebih pendek dari panjang kepala, maxilla hampir mencapai lengkung mata terdepan, ikan layang (Decapterus russelli) dalam keadaan segar seluruh tubuhnya berwarna merah jambu, dan pada bagian belakang tutup insang terdapat totol hitam. Ciri-ciri ikan layang (Decapterus russelli) adalah bentuk tubuh memanjang dan agak gepeng, sirip dada berbentuk falcate dan ujung sirip tersebut mencapai awal dari sirip punggung kedua (Anonim 2010b).
Ikan layang (Decapterus russelli) merupakan ikan perenang cepat yang hidup berkelompok di laut yang jernih dan bersalinitas tinggi. Ikan layang (Decapterus russelli) hidup dengan salinitas tinggi yaitu ± 32‰. Ikan layang (Decapterus russelli) juga termasuk dalam ikan stenohalyn yang dapat hidup dengan memakan plankton. Makanan ikan layang (Decapterus russelli) sangat tergantung pada plankton, terutama jenis-jenis zooplankton. Pada beberapa kasus ternyata bahwa ikan layang (Decapterus russelli) tidak mutlak tergantung pada zooplankton. Ikan-ikan kecil merupakan makanan bagi Decapterus russelli isi perutnya hanya dua ekor ikan teri (Stolephorus spp.) dan seekor ikan japuh (Dussumiera acuta). Makanan Decapterus russelli yang utama adalah Crustacea seperti Copepoda serta telurnya, Mysidacea, Amphipoda, Ostracoda, dan potongan-potongan udang (Anonim, 2010b).
Ikan layang (Decapterus russelli) merupakan salah satu jenis ikan laut. Ikan ini adalah ikan yang segar selama penyimpanan yang baik dan belum terserang mikroba atau terjadi reaksi kimia lainnya. Ikan segar seharusnya mempunyai kadar abu maksimum 2% (Anonim, 2006).

B.       Pengolahan Data
Data berikut saya ambil dari praktikum di laboratorium Biologi Perikanan dengan mengambil sampel sebanyak 15 ekor ikan Layang secara acak dari 157 ekor ikan.

Tabel. Bobot – panjang Ikan Layang (Decapterus ruselli)
L
W
Log L
Log W
Log L x Log W
(Log ²L)
(Log²W)
175
52.5000
2.2430
1.7202
3.8584
5.0312
2.9589
190
61.0600
2.2788
1.7858
4.0693
5.1927
3.1889
191
62.2500
2.2810
1.7941
4.0925
5.2031
3.2189
192
61.6000
2.2833
1.7896
4.0862
5.2135
3.2026
193
66.6400
2.2856
1.8237
4.1683
5.2238
3.3260
198
68.0900
2.2967
1.8331
4.2100
5.2747
3.3602
198
68.0900
2.2967
1.8331
4.2100
5.2747
3.3602
199
65.6800
2.2989
1.8174
4.1780
5.2847
3.3031
200
71.0100
2.3010
1.8513
4.2599
5.2947
3.4274
200
71.0100
2.3010
1.8513
4.2599
5.2947
3.4274
204
73.1200
2.3096
1.8640
4.3052
5.3344
3.4746
205
73.5000
2.3118
1.8663
4.3144
5.3442
3.4830
205
76.6000
2.3118
1.8842
4.3559
5.3442
3.5503
210
77.1300
2.3222
1.8872
4.3825
5.3927
3.5616
217
75.1200
2.3365
1.8758
4.3826
5.4590
3.5185
Total
34.4577
27.4771
63.1331
79.1624
50.3617


Nilai a dan b dimasukkan dalam persamaan:
Y = a* + b X
Y = (-2.6948) + 1.9705 X
Sehingga persamaan regresi hubungan bobot – panjang ikan jantan adalah:
Log W = (-2.6948) + 1.9705 log L
Untuk memperoleh persamaan hubungan bobot dan panjang maka nilai a* di antilog (invers log).
Antilog (-2.6948) = 0.0020
Sehingga  W = 1.9705 L 0.0020

Untuk menguji apakah b = 3 atau tidak, dilakukan uji – t (Walpole, 1982) sebagai berikut:

Perhitungan Faktor Kondisi:
Karena ikan yang diperoleh alometrik, maka faktor kondisi dihitung menggunakan faktor kondisi relatif atau faktor kondisi nisbi dengan rumus:

Dengan menggunakan hubungan panjang – bobot: W = 1.9705 L 0.0020, maka diperoleh tabel sebagai berikut:
No.
L
W
W*
Faktor kondisi Relatif
1
175
52.5000
1.9910
26.3626
2
190
61.0600
1.9913
30.6610
3
191
62.2500
1.9913
31.2585
4
192
61.6000
1.9913
30.9321
5
193
66.6400
1.9913
33.4629
6
198
68.0900
1.9915
34.1911
7
198
68.0900
1.9915
34.1911
8
199
65.6800
1.9915
32.9809
9
200
71.0100
1.9915
35.6573
10
200
71.0100
1.9915
35.6573
11
204
73.1200
1.9916
36.7168
12
205
73.5000
1.9916
36.9077
13
205
76.6000
1.9916
38.4643
14
210
77.1300
1.9917
38.7304
15
217
75.1200
1.9918
37.7211


III. PENUTUP
Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan makalah, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
a.       Hubungan panjang – bobot pada ikan Layang yang dijadikan sampel pada makalah ini adalah W = 1.9705 L 0.0020.
b.      Dari perhitungan t-tabel diperoleh hasil bahwa nilai t hitung lebih besar dari t tabel pada tingkat peluang 95 % dan 99 % sehingga menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan Layang adalah alometrik minor (alometrik negatif) yang artinya pertambahan panjang lebih cepat dari pertambahan bobot.
c.       Dari faktor kondisi yang diperoleh, nilai faktor kondisi cenderung meningkat.
.                      


DAFTAR PUSTAKA
Andy Omar, Sharifuddin, 2012. Modul Praktikum Biologi Perikanan. Unhas. Makassar.

http://akhunmerantau.blogspot.com/2012/05/laporan-biologi-perikanan-hubungan.html. Diakses 20 Desember 2012.

http://muspirahdjalal.blogspot.com/2011/11/ikan-layang-decapterus-russelli.html. Diakses 20 Desember 2012.


No comments:

Post a Comment