I. PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Hubungan panjang dan berat merupakan
aspek biologi perikanan yang
perlu di pelajari. Panjang tubuh sangat berhubungan dengan panjang dan berat seperi hukum kubik yaitu
bahwa berat sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Namun, hubungan yang terdapat
pada ikan sebenarnya tidak demikian karena bentuk dan panjang ikan
berbeda-beda.
Hubungan bobot –
panjang beserta distribusi panjang ikan sangat perlu diketahui umtuk
mengkonservasi secara statistic hasil tangkapan dalam bobot ke jumlah ikan,
untuk menduga besarnya populasi, dan untuk menduga laju kematiannya (Bayliff
1966). Data hubungan bobot – panjang juga diperlukan dalam manajemen perikanan
yaitu untuk menentukan selektifitas alat agar ikan-ikan non target tidak ikut
tertangkap. Berdasarkan hubungan bobot-panjang ikan, dapat diketahui koefisien
kondisi ikan yang menunjukkan kegemukan atau kemontokan relatif ikan tersebut.
Pengamatan
pertumbuhan ikan, baik panjang dan berat merupakan salah satu hal yang penting
untuk diamati selama proses budidaya ikan. Hal ini dilakukan agar kenormalan
pertumbuhan ikan dapat diketahui sedini mungkin. Hubungan panjang dan berat
(Length-weight relationship/LWR) merupakan hal yang penting dalam penelitian
ilmiah perikanan, karena hal ini memberikan informasi parameter-parameter
populasi. Pertama, sebuah perubahan berat dan panjang memperlihatkan umur dan
kelas kelompok tahun ikan; hal ini sangat penting dalam perikanan. Kedua, data
panjang berat tersebut dapat digunakan untuk menaksirkan daya dukung stock
perikanan tangkap. Selain itu, data panjang dan berat dapat juga menggambarkan
petunjuk penting tentang perubahan iklim dan lingkungan.
Dikatakan juga bahwa
dalam pengukuran tersebut nantinya akan diperoleh nilai b, yang ikut menentukan
seimbang tidaknya antara berat dan panjang ikan. Dimana nilai b yang mungkin
muncul adalah b<3, b=3, b>3.
Faktor kondisi Fulton
atau sering disebut faktor kondisi saja merupakan keadaan yang menyatakan
kondisi atau kemontokan ikan dengan angka. Nilai ini dipengaruhi oleh umur,
jenis kelamin, makanan, dan tingkat kematangan gonad. Faktor kondisi ini
menunjukkan keadaan ikan, baik dilihat dari segi fisik, maupun segi survival
dan reproduksi. Dalam penggunaan secara komersial, pengetahuan kondisi hewan
dapat membantu untuk menentukan kualitas dan kuantitas daging yang tersedia
agar dapat dimakan.
B. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui hubungan panjang –
bobot ikan layang Decapterus ruselli
dan mengetahui faktor kondisinya.
II.
PEMBAHASAN
A.
Ikan
Layang (Decapterus ruselli)
Ikan layang (Decapterus russelli) merupakan salah
satu jenis ikan laut yang sering dijadikan sebagai teman nasi. Orang banyak
yang menyukai ikan ini disamping rasanya enak ikan ini juga mempunyai nilai
giji yang tinggi. Tingkat konsumsi ikan di negara kita masih rendah bila
dibandingkan dengan negara-negara di tetangga kita, oleh karena itu sangatlah
cocok bila ikan layang (Decapterus russelli) ini dijadikan sebagai makanan yang
dikonsumsi sehari-hari sebagai salah satu cara untuk meningkatkan konsumsi ikan
di masyarakat (Anonim, 2010a).
Klasifikasi ikan
layang menurut Anonim (2010b) adalah sebagai berikut.
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
SubOrdo : Percoidei
Famili : Carangidae
Genus : Decapterus
Spesies : Decapterus russelli Ruppell
Ikan layang
(Decapterus russelli) mempunyai nama umum round scad. Ikan layang (Decapterus
russelli) merupakan ikan yang mempunyai kemampuan bergerak dengan cepat di air
laut. Tingginya kecepatan tersebut dapat dicapai karena bentuk tubuhnya yang
seperti cerutu dan mempunyai sisik yang sangat halus. Ikan layang (Decapterus
russelli) bentuk tubuh seperti cerutu tetapi agak pipih, sirip dada lebih pendek
dari panjang kepala, maxilla hampir mencapai lengkung mata terdepan, ikan
layang (Decapterus russelli) dalam keadaan segar seluruh tubuhnya berwarna
merah jambu, dan pada bagian belakang tutup insang terdapat totol hitam.
Ciri-ciri ikan layang (Decapterus russelli) adalah bentuk tubuh memanjang dan
agak gepeng, sirip dada berbentuk falcate dan ujung sirip tersebut mencapai
awal dari sirip punggung kedua (Anonim 2010b).
Ikan layang
(Decapterus russelli) merupakan ikan perenang cepat yang hidup berkelompok di
laut yang jernih dan bersalinitas tinggi. Ikan layang (Decapterus russelli)
hidup dengan salinitas tinggi yaitu ± 32‰. Ikan layang (Decapterus russelli)
juga termasuk dalam ikan stenohalyn yang dapat hidup dengan memakan plankton.
Makanan ikan layang (Decapterus russelli) sangat tergantung pada plankton,
terutama jenis-jenis zooplankton. Pada beberapa kasus ternyata bahwa ikan
layang (Decapterus russelli) tidak mutlak tergantung pada zooplankton.
Ikan-ikan kecil merupakan makanan bagi Decapterus russelli isi perutnya hanya
dua ekor ikan teri (Stolephorus spp.) dan seekor ikan japuh (Dussumiera acuta).
Makanan Decapterus russelli yang utama adalah Crustacea seperti Copepoda serta
telurnya, Mysidacea, Amphipoda, Ostracoda, dan potongan-potongan udang (Anonim,
2010b).
Ikan layang
(Decapterus russelli) merupakan salah satu jenis ikan laut. Ikan ini adalah
ikan yang segar selama penyimpanan yang baik dan belum terserang mikroba atau
terjadi reaksi kimia lainnya. Ikan segar seharusnya mempunyai kadar abu maksimum
2% (Anonim, 2006).
B. Pengolahan
Data
Data berikut saya
ambil dari praktikum di laboratorium Biologi Perikanan dengan mengambil sampel
sebanyak 15 ekor ikan Layang secara acak dari 157 ekor ikan.
Tabel. Bobot –
panjang Ikan Layang (Decapterus ruselli)
L
|
W
|
Log
L
|
Log
W
|
Log
L x Log W
|
(Log
²L)
|
(Log²W)
|
175
|
52.5000
|
2.2430
|
1.7202
|
3.8584
|
5.0312
|
2.9589
|
190
|
61.0600
|
2.2788
|
1.7858
|
4.0693
|
5.1927
|
3.1889
|
191
|
62.2500
|
2.2810
|
1.7941
|
4.0925
|
5.2031
|
3.2189
|
192
|
61.6000
|
2.2833
|
1.7896
|
4.0862
|
5.2135
|
3.2026
|
193
|
66.6400
|
2.2856
|
1.8237
|
4.1683
|
5.2238
|
3.3260
|
198
|
68.0900
|
2.2967
|
1.8331
|
4.2100
|
5.2747
|
3.3602
|
198
|
68.0900
|
2.2967
|
1.8331
|
4.2100
|
5.2747
|
3.3602
|
199
|
65.6800
|
2.2989
|
1.8174
|
4.1780
|
5.2847
|
3.3031
|
200
|
71.0100
|
2.3010
|
1.8513
|
4.2599
|
5.2947
|
3.4274
|
200
|
71.0100
|
2.3010
|
1.8513
|
4.2599
|
5.2947
|
3.4274
|
204
|
73.1200
|
2.3096
|
1.8640
|
4.3052
|
5.3344
|
3.4746
|
205
|
73.5000
|
2.3118
|
1.8663
|
4.3144
|
5.3442
|
3.4830
|
205
|
76.6000
|
2.3118
|
1.8842
|
4.3559
|
5.3442
|
3.5503
|
210
|
77.1300
|
2.3222
|
1.8872
|
4.3825
|
5.3927
|
3.5616
|
217
|
75.1200
|
2.3365
|
1.8758
|
4.3826
|
5.4590
|
3.5185
|
Total
|
34.4577
|
27.4771
|
63.1331
|
79.1624
|
50.3617
|
Nilai a dan b
dimasukkan dalam persamaan:
Y = a* + b X
Y = (-2.6948) +
1.9705 X
Sehingga persamaan
regresi hubungan bobot – panjang ikan jantan adalah:
Log W = (-2.6948) +
1.9705 log L
Untuk memperoleh persamaan
hubungan bobot dan panjang maka nilai a* di antilog (invers log).
Antilog (-2.6948) =
0.0020
Sehingga W =
1.9705 L 0.0020
Untuk menguji apakah
b = 3 atau tidak, dilakukan uji – t (Walpole, 1982) sebagai berikut:
Perhitungan Faktor Kondisi:
Karena ikan yang
diperoleh alometrik, maka faktor kondisi dihitung menggunakan faktor kondisi
relatif atau faktor kondisi nisbi dengan rumus:
Dengan menggunakan
hubungan panjang – bobot: W = 1.9705 L 0.0020,
maka diperoleh tabel sebagai berikut:
No.
|
L
|
W
|
W*
|
Faktor
kondisi Relatif
|
1
|
175
|
52.5000
|
1.9910
|
26.3626
|
2
|
190
|
61.0600
|
1.9913
|
30.6610
|
3
|
191
|
62.2500
|
1.9913
|
31.2585
|
4
|
192
|
61.6000
|
1.9913
|
30.9321
|
5
|
193
|
66.6400
|
1.9913
|
33.4629
|
6
|
198
|
68.0900
|
1.9915
|
34.1911
|
7
|
198
|
68.0900
|
1.9915
|
34.1911
|
8
|
199
|
65.6800
|
1.9915
|
32.9809
|
9
|
200
|
71.0100
|
1.9915
|
35.6573
|
10
|
200
|
71.0100
|
1.9915
|
35.6573
|
11
|
204
|
73.1200
|
1.9916
|
36.7168
|
12
|
205
|
73.5000
|
1.9916
|
36.9077
|
13
|
205
|
76.6000
|
1.9916
|
38.4643
|
14
|
210
|
77.1300
|
1.9917
|
38.7304
|
15
|
217
|
75.1200
|
1.9918
|
37.7211
|
III. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pembahasan makalah, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
a. Hubungan
panjang – bobot pada ikan Layang yang dijadikan sampel pada makalah ini adalah W = 1.9705 L 0.0020.
b. Dari
perhitungan t-tabel diperoleh hasil bahwa nilai t hitung lebih besar dari t
tabel pada tingkat peluang 95 % dan 99 % sehingga menunjukkan bahwa pertumbuhan
ikan Layang adalah alometrik minor (alometrik negatif) yang artinya pertambahan
panjang lebih cepat dari pertambahan bobot.
c. Dari
faktor kondisi yang diperoleh, nilai faktor kondisi cenderung meningkat.
.
DAFTAR
PUSTAKA
Andy
Omar, Sharifuddin, 2012. Modul Praktikum Biologi Perikanan. Unhas. Makassar.
http://akhunmerantau.blogspot.com/2012/05/laporan-biologi-perikanan-hubungan.html.
Diakses 20 Desember 2012.
http://muspirahdjalal.blogspot.com/2011/11/ikan-layang-decapterus-russelli.html.
Diakses 20 Desember 2012.
No comments:
Post a Comment