Produktivitas
penangkapan adalah ukuran kemampuan suatu alat tangkap. Produktivitas alat
tangkap merupakan jumlah hasil tangkapan yang diperoleh dari upaya penangkapan,
sebagai produksi dari proporsi ikan pada suatu kawasan perairan yang ditangkap
(Gulland 1983; Widodo 2001b).
Efisiensi
teknis merupakan ukuran dari kemampuan produksi yang terbaik serta keluaran
optimal yang mungkin dicapai dari berbagai masukan dan teknologi yang digunakan
(Viswananthan et.al., 2003). Faktor teknis dalam kegiatan penangkapan ikan
berkaitan dengan tindakan atau keputusan untuk melakukan aktivitas penangkapan
yang menguntungkan. Tindakan atau keputusan dalam melakukan aktivitas akan
menyebabkan adanya efisiensi teknis yang berkaitan dengan dimensi alat , upaya
penangkapan ikan & penggunaan teknologi penangkapan ikan (Hilborn. 1985).
Laju
produksi dalam kegiatan perikanan tangkap ditentukan oleh seberapa besar
upaya penangkapan yang
memapar suata daerah
penangkapan ikan. Upaya penangkapan ditentukan oleh dimensi
alat tangkap dan kapal, jumlah hari operasi, dan penggunaan
teknologi penangkapan. Dengan
demikian upaya penangkapan akan menentukan
jumlah produksi ikan
pada suatu kawasan
perikanan, sehingga upaya penangkapan
juga berpengaruh terhadap
keadaan sumberdaya ikan. Kemampuan tangkap suatu alat tangkap
dapat diketahui dari produktivitas penangkapan, yang diukur
berdasarkan perbandingan antara
produksi dengan upaya
penangkapan.
untuk
meningkatkan produksi ikan dari kegiatan penangkapan sangat bergantung pada
keadaan lokasi penangkapan, dimana lokasi
penangkapan juga dipengaruhi
oleh berbagai faktor
yang saling berinteraksi.
Interaksi dalam proses
produksi ikan dari
kegiatan penangkapan ikan
dapat di dibedakan menjadi
3 faktor utama,
yaitu 1) faktor
biologi, 2) faktor
teknis, dan 3) faktor interaksi
alat tangkap dengan sumberdaya ikan (Kenchington 1996).
Hubungannya
dengan ke adaan biologi sumberdaya ikan, upaya penangkapan merupakan ukuran
mortalitas akibat penangkapan (Sparre dan Venema 1999). Ketika sejumlah upaya
pe nangkapan mengeksploitasi lebih rendah dibandingkan stok ikan yang tersedia , maka stok ikan yang
tersisa masih dapat tumbuh dan berkembang.
Produksi ikan akan meningkat proporsional terhadap upaya penangkapan,
dan pada sisi lain ketersediaan ikan berkurang.
Akibatnya akan terjadi ketidakseimbangan antara besarnya upaya penangkapan dengan ketersediaan stok
ikan untuk perikanan, dimana da mpaknya adalah
produksi ikan juga berkurang (Gulland 1983; Smith 1981; Widodo
et al. 2001; Murdiyanto 2004).
Perubahan
upaya penangkapan dalam skala waktu dan ruang menyebabkan variabilitas produksi
ikan (MacCall 1984; Halley dan Stergiou 2005), sehingga upaya penangkapan dapat
dijadikan ukuran untuk menget ahui
variabilitas produksi ikan dan kelimpahan ikan (McCluskey dan Lewison 2008).
Fluktuasi dalam upaya penangkapan berkaitan deng an pelaku usaha perikanan tangkap (nelayan) (Rijndrorp et al. 2000), yaitu bagaimana mengoptimalkan
produksi untuk memperoleh keuntungan, yang juga merespon regulasi atau
kebijakan pemerintah (Scott 1979; Branch
et al. 2006). Misalnya program
motorisasi yang dilakukan pada periode
tahun 1980 sebagai kebijakan untuk meningkatkan produksi (Bailey et al.
1987), perubahan dari perahu layar
menjadi perahu bermesin motor tempel telah meningkatkan upaya
penangkapan. Kebijakan pembangunan perikanan telah meningkatkan efisiens i
dalam produksi ikan, dimana efisiensi teknik
penangkapan, investasi atau produktivitas telah mendorong peningkatan efisiensi upaya
penangkapan (Scott 1979; Susilowati et al. 2005).
Faktor
teknis dalam kegiatan penangkapan ikan
berkaitan dengan tindakan atau keputusan
untuk melakukan aktivitas
penangkapan yang menguntungkan. Tindakan atau keputusan dalam melakukan
aktivitas akan menyebabkan adanya efisiensi teknis yang berkaitan
dengan dimensi alat,
upaya penangkapan ikan dan penggunaan teknologi penangkapan
ikan. Keputusan untuk
melakukan efisiensi teknis dipengaruhi oleh 3 komponen
yang menyebabkan dinamika
armada penangkapan ikan, yaitu 1)
investasi, 2) alokasi upaya penangkapan; 3) efisiensi produksi (Hilborn 1985).
Efisiensi teknis
menyangkut investasi merupakan
tindakan melakukan perubahan
ukuran kapal dan alat sehingga akan merubah kapasitas penangkapan dari
kapal atau alat
yang digunakan. Alokasi
upaya penangkapan merupakan
tindakan memilih lokasi penangkapan
ikan yang berkaitan
dengan jenis ikan
yang menjadi tujuan penangkapan,
hari operasi atau
frekuensi operasi penangkapan
ikan. Sedangkan tindakan dalam efisiensi produksi adalah berkaitan dengan jumlah ABK, biaya operasional
penangkapan, dan hubungan
upaya penangkapan dengan
jumlah tangkapan. Namun demikian
dalam efisiensi teknis
tindakan nelayan untuk
masuk atau keluar dalam
suatu perikanan adalah
untuk memaksimumkan keuntungan sehingga mencapai
batas keuntungan ekonomi
dari stok perikanan
(maximum economic yield) (Panayotou
1982; Puga et al. 2005).
Efisiensi teknis untuk memaksimumkan keuntungan selain faktor internal yang
berkaitan dengan dinamika
armada penangkapan ikan
juga dipengaruhi faktor eksternal, yaitu regulasi atau
kebijakan dalam kegiatan penangkapan ikan.
Kebijakan yang dibuat pemerintah
adalah untuk mengontrol
produksi dan upaya
penangkapan agar status perikanan
pada semua wilayah
pengelolaan tetap berkelanjutan. Namun pada
umumnya kebijakan pembangunan
perikanan di negara
berkembang lebih menekankan pada
peningkatan produksi yang
kemudian berdampak terhadap peningkatan efisiensi
teknis, investasi, dan
produktivitas. Akibatnya semakin meningkat efektivitas upaya
penangkapan dan kapasitas penangkapan yang kemudian menekan sumberdaya
ikan sehingga mengarah
pada gejala lebih
tangkap sebagai dampak dari
berkurangnya stok perikanan (Susilowaty et al.
2005).
Interaksi alat
tangkap dengan ikan
yang menjadi tujuan
penangkapan merupakan proses produksi ikan yang ditentukan oleh upaya
penangkapan dan faktor lingkungan. Upaya
penangkapan merupakan tindakan efisiensi teknis yang dilakukan pelaku kegiatan
penangkapan ikan, dimana
upaya penangkapan adalah
ukuran dari jumlah alat
tangkap yang beroperasi
untuk mendapatkan sejumlah
hasil tangkapan atau lama
alat tangkap beroperasi
oleh berbagai unit
penangkapan ikan.
SUMBER:
Alfa
F.P. Nelwan, Sudirman, Mukti Zainuddin, Muh. Kurnia. Produktivitas Penangkapan
Ikan Pelagis Besar Di Perairan Selat Makassar, Sulawesi Barat.
Fauziyah,
Fitri Agustriani, dan Tuti Afridanelly. 2011. Model Produktivitas Hasil
Tangkapan Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Sungailiat
Provinsi Bangka Belitung. Jurnal
Penelitian Sains, Volume 14 Nomer 3(D) 14312.
Sutanto.
Himawan Arif. 2005.Analisis Efisiensi Alat Tangkap Perikanan Gillnett Dan
Cantrang. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang.
No comments:
Post a Comment