Friday, November 1, 2013

Penanganan Hasil Tangkapan Ikan Yang Baik Diatas Kapal

BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Ikan merupakan salah satu bahan makanan yang mudah membusuk. Hal ini dapat dilihat pada ikan-ikan yang baru ditangkap dalam beberapa jam saja kalau tidak diberi perlakuan atau penanganan yang tepat maka ikan tersebut mutunya menurun. Oleh karena itu Ikan harus beri suatu perlakuan atau penangan yang baik agar supaya mutu kualitasnya tdk menurun, bagaimana caranya?? dengan menerapkan suatu prinsip penanganan, yaitu:
ü  Cepat,
ü  Cermat,
ü  Bersih dan Sehat,
ü  Dan menerapkan suhu rendah (± O0 C ).
Penanganan ikan segar merupakan salah satu bagian penting dari mata rantai  industri  perikanan.    Penanganan  ikan  laut  pada  dasarnya  terdiri dari dua tahap, yaitu penanganan di atas kapal dan penanganan di darat.  Penanganan  ikan  setelah  penangkapan  atau  pemanenan memegang peranan  penting  untuk  memperoleh  nilai  jual  ikan  yang  maksimal.  Tahap  penanganan  ini  menentukan  nilai  jual  dan  proses  pemanfaatan selanjutnya serta mutu produk olahan ikan yang dihasilkan (Pusat Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Pertanian. 2010)
Kecepatan  pembusukan  ikan  setelah  penangkapan  dan  pemanenan sangat  dipengaruhi  oleh  teknik  penangkapan  dan  pemanenan,  kondisi biologis  ikan,  serta  teknik  penanganan  dan  penyimpanan  di  atas  kapal.  Oleh  karena  itu,  segera  setelah  ikan  ditangkap  atau  dipanen  harus secepatnya diawetkan dengan pendinginan atau pembekuan.  (Pusat Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Pertanian. 2010).
Penanganan ikan segar bertujuan untuk mengusahakan agar kesegaran ikan dapat dipertahankan selama mungkin, atau setidak-tidaknya masih cukup segar waktu ikan sampai ke tangan konsumen.  Jadi begitu ikan tertangkap dan diangkut ke atas kapal, harus secepat mungkin ditangani dengan baik, benar dan hati-hati.  Demikian selanjutnya sampai ikan disimpan beku (di dalam cold storage) atau diolah (misalnya dengan pengalengan) atau langsung dimasak untuk dimakan.

B.     Kegunaan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
Ø   Supaya kita bisa melakukan penangan ikan yang baik diatas kapal dengan penerapan suhu rendah (00),
Ø   Supaya kita bisa mengetahui tata cara penangan ikan setelah ikan tertangkap,
Ø   Dan supaya kita bisa memilih peti atau wadah pada saat penangan ikan setelah tertangkap.

BAB II
 PEMBAHASAN
A.            Prinsip penanganan ikan
Prinsip yang dianut dalam penanganan ikan basah adalah mempertahankan kesegaran ikan sepanjang mungkin dengan cara memperlakukan ikan secara cermat, hati-hati, bersih, sehat, hygienic dan segera serta cepat menurunkan suhu atau mendinginkan ikan mencapai suhu sekitar 0º C.
Adapun prinsip penanganan ikan setelah tertangkap ialah sebagai berikut:
*             Jenis ikan
*             Ukuran dan bentuk ikan
*             Bentuk penyaluran (distribusi); dipasarkan basah, beku atau olahan.
*             Permintaan pembeli; dipasarkan utuh, disiangi, fillet, dll.
      Dalam hubungan penanganan ikan diatas kapal dengan peng-esan, ikan laut dapat dikelopokan  atas dua jenis yakni ikan dasar (demersal) dan ikan permukaan (pelagic).
Jenis ikan demersal, dilihat dari kandungan kadar lemaknya tergolong dalam ikan kurus (lean fish); yaitu sedikit kandungan kadar lemaknya. Oleh karena itu, cara penangannya dapat dilakukan dengan cara curahan (bulk stowage) atau dengan es dalam wadah  peti. Jenis ikan pelagis, mempunyai kadar lemak yang tinggi sekitar 20 % atau lebih. Cara penangan yang cocok, dengan es dalam wadah(peti, dll), atau dalam air yang didinginkan.
     Ukuran dan bentuk ikan sering kali membawa masalah tersendiri dalam penyedian ukuran dan bentuk wadah dan cara penanganannya.
Ikan hasil tangkapan yang akan disalurkan sebagai ikan basah perlu diikuti beberapa ketentuan dalam penangananya agar diperoleh hasil yang maksimum dalam mutu kesegaranya dan nilai harganya. Petunjuk atau ketentuan tersebut adalah sebagai berikut:
*             Pilihan akan kondisi biologis ikan dan alat penangkap yang cocok.
*             Siapkan sarana penampung ikan yang bersih.
*             Pengolongan ikan hasil tangkapan menurut jenis dan ukurannya.
*             Perlindungan dan pendinginan hasil tangkapan.
*             Mengenyahkan sumber pembusukan pada ikan.
*             Wadahi dan dinginkan ikan sesegera mungkin.
*             Pemeliharaan suhu rendah sekitar 0ºC pada seluruh mata rantai.
*             Menerapkan prinsip kebersihan dan kesehatan (sanitasi dan hygiene) pada seluruh mata rantai penanganan.
*             Senantiasa memperhatikan faktor waktu.

B.            Perlengkapan sarana penangan ikan diatas kapal
Perlengkapan utama yang penting untuk menangani dan mengamankan hasil tangkapan di laut adalah tempat penyimpanan ikan yang berbentuk palka dan peti.
1.             Persyaratan Palka harus dilihat dari beberapa aspek
Ikan  sebagai mahluk Biologis, setelah ikan ditangkap akan mengalami perubahan penurunan mutu yang menjurus kearah pembusukan. Dengan demikian palka harus mampu mengatasi masalah pertumbuhan /menekan laju pembiakan bacterial. Kegiatan biokimiawi, bacterial, kimiawi selama proses penurunan mutu, banyak membangkitkan panas yang menghasilkan udara busuk dan berbahaya yang terdiri dari berbagai gas yang akhirnya membahayakan jiwa nelayan yang bekerja dalam palka. Oleh karena itu palka harus mampu menyerap panas dari ikan, mengeluarkannya udara yang terkurung dan bau busuk. Selama peng-esan, air lelehan es, lendir, darah dan bakteri akan terkumpul di dasar palka, genangan air ini akan mempercepat pembusukan ikan. Oleh karena itu perlu diatur sistim pembuangan (drainage) yang baik.
Secara teknis, panas dari luar (udara, laut, kamar mesin dan lain-lain) tidak dapat menerobos masuk kedalam palka dengan memberi insulasi yang baik dan tidak memasang pipa-pipa ( air pendingin, solar, gas ) serta mengurangi aktifitas lain yang dapat menimbulkan panas.
Secara Sanitasi dan hygienis, palka harus aman dari berbagai pencemaran yang berasal dari bakteri , pengkaratan bahan logam,dan kotoran-kotoran yang lain.
Konstruksi dan bahan, di buatkan saluran drainage untuk mengalirkan air lelehan es / kotoran lain ke lubang pembuangan dan terbuat dari bahan yang anti korosif, bahanya ringan dan dapat memantulkan cahaya untuk dapat menerangi ruang kerja dalam palka.
Palka dilihat dari kemampuannya mengamankan hasil tangkapan yang dibekukan atau didinginkan di dalamnya, maka palka ikan dikelompokan :
*        Palka yang tidak diinsulasi.
Jenis palka ini pada seluruh dinding, loteng dan     lantainya tidak dilengkapi dengan insulator yang berfungsi untuk menahan panas yang menerobos ke dalam palka dimana ikan sedang didinginkan.
*        Palka yang berinsulasi.
*        Palka berinsulasi yang dilengkapi dengan refrigerasi mekanik untuk pendinginan ikan maupun menghemat penggunaan es.
*        Palka berinsulasi yang dilengkapi denga refrigerasi mekanik untuk pembekuan ikan.

2.             Persyaratan Umum Peti Ikan
Dalam menerapkan praktek susunan pemetian ikan, maka desain dari peti merupakan hal yang penting. Berdasarkan atas berbagai pertimbangan, maka desain dari peti haruslah memenuhi beberapa persyaratan seperti berikut :
Ø   Ukuran peti wajar besarnya, agar dapat memuat sejumlah ikan dan es secukupnya     untuk mendinginkan dan tetap memelihara ikan dalam keadaan dingin (sekurang-kurangnya) sampai saat didaratkan.
Ø   Bentuk peti harus sedemikian rupa agar dalam keaadan kosong dapat disusun seperti piring untuk menghemat ruangan saat penyimpanan, pengangkutan dan pemuatan.
Ø   Tinggi peti harus sedemikian rupa agar ikan di dasar peti tidak rusak tergencet beban ikan diatasnya dan ukuran panjang peti disesuaikan dengan ukuran ikan agar tanpa membengkokkan ikan yang ukurannya besar.
Ø   Berat peti sepantasnya, agar dapat diangkat oleh satu atau dua orang.
Ø   Diberi lubang penirisan pada bagian bawah peti, yang diatur sedemikian rupa agar air lelehan es tidak mengalir ke dalam peti ikan dibawahnya.
Ø   Bahan dan konstruksi sedemikian rupa, agar tidak melimpahkan bau dan pencemaran kepada ikan serta mudah membersihkan dan mencucinya.
Ø   Peti harus cukup kuat, agar dapat menahan kemungkinan penanganan kasar di kapal, waktu membongkar dan memuat.

C.            PENGESAN IKAN DI KAPAL
Agar dapat melaksanakan praktek pengesan di kapal, sebaiknya difahami hal-hal tersebut di bawah ini :
1.    Prinsip pengesan ikan
2.    Jumlah es yang diperlukan
3.    Teknik pengesan yang digunakan
1)             Prinsip pengesan ikan
Prinsip pengesan yang dianut dalam pengesan ini adalah agar dapat menekan proses penurunan mutu ikan hingga minimum, untuk itu ikan yang telah ditangkap harus segera diturunkan suhunya menjadi 0ºC dan mempertahankan ikan pada tingkat suhu 0ºC ini selama proses penanganan selanjutnya.
Agar dapat mematuhi prinsip itu dengan baik dan agar diperoleh hasil yang       maksimum, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Ø   Ikan segera dihimpun dalam es
Ø   Ikan hanya berkontak dengan es
Ø   Panas  senantiasa dapat mengalir keluar dari ikan
Ø   Palka atau peti diberi lubang pembuangan ( drainage)
Ø   Tebal lapisan ikan wajar
Ø   Semua pekerjaan dilakukan dengan cepat

2)             Jumlah Es yang diperlukan
Pendinginan ikan yang berupa produk ikan basah, umumnya dilaksanakan dengan mengikuti salah satu dari 3 metoda; yaitu dengan es, udara dingin dan air yang didinginkan.
Dalam perhitungan jumlah es yang diperlukan, terdapat dua tahapan yang harus diperhatikan yaitu tahap penurunan suhu mencapai suhu penyimpanan yang diinginkan (0ºC untuk ikan basah atau 3ºC untuk ikan olahan) dan tahap pemeliharaan suhu penyimpanan dan distribusi.
Untuk menurunkan suhu ikan sampai pada tingkat suhu yang lebih rendah, maka jumlah panas yang harus dienyahkan dari ikan dapat dihitung dengan rumus umum berikut :
Q = m (T1 – T2) c
Dimana :
Q   = Jumlah panas dalam kilokalori (kkal)
m  = masa atau berat bahan dalam kg
T1 = suhu awal bahan dalam ºC
T2 = suhu akhir bahan dalam ºC
C   = panas spesifik bahan
Kalau panas spesifik ikan 0.84, suhu awal 20ºC, sedangkan berat ikan 100 kg maka jumlah panas yang harus dienyahkan dari ikan agar suhunya mencapai 0ºC adalah : 100 kg X (20 – 0)ºCX 0,84= 1680 kkal
Oleh karena tiap kg es saat meleleh pada 0ºC dapat menyerap 80kkal ( berhubung panas laten pelelehan es 80 kkal/kg), maka berat es yang diperlukan bagi pendinginan ikan itu adalah 1680/80 = 21kg es dengan catatan tidak memperhitungkan panas yang terbuang. Jadi kebutuhan es bagi tahap penurunan suhu ikan seberat 100 kg dengan suhu awal 20ºC adalah 21 kg es.



3)             Teknik Pengesan
Berdasarkan pada prinsip pengesan, terdapat beberapa teknik pengesan yang sudah sukses dipraktekan  di Negara-negara perikanan maju.
a.   Cara pengesan susunan curahan ( Bulk stowage)
Adalah metode penyimpanan ikan yang di es di dalam kerangka kandang ikan yang biasanya dibangun dengan cara memasang papan kandang lepas keatas kerangka penyangga vertical didalam palka ikan (gambar 53).
Pembangunan kerangka kandang sambil meng es ikan  dengan teknik susunan curahan, dilaksanakan sebagai berikut :
Ø   Taburkan es di alas palka dengan ketebalan 10 sampai 15cm, tergantung keadaan insulasi palka, lama trip, keadaan cuaca dan suhu laut.
Ø   Diatas lapisan es tersebut, susun/tabur selapis ikan . diatasnya disebar selapis es, lalu diikuti selapis ikan dan demikian seterusnya. Lapisan ikan paling atas ditutup dengan es setebal 5-10 cm.
Ø   Kalau digunakan papan-papan rak hidup, tebal curahan ikan es tidak lebih dari 0,5 m agar ikan didasar rak tidak rusak.
Bentuk rak rak papan dan kerangka diusahakan sedemikian rupa agar air lelehan dari lapisan diatasnya tidak mengotori lapisan ikan yang dibawahnya.
     Masalah utama dari susunan curahan adalah kesukaran membongkar ikan untuk didaratkan, penangananya berlangsung lambat,memerlukan tenaga kerja lebih banyak dan ikan mungkin rusak kena sekop,garpu atau ganco.
b.   Cara pengesan susunan pemetian (Boxed stowage)
Cara penyusunan ikan dan es dalam peti di laut mempunyai beberapa kelebihan  antara lain :
ü  Ikan tetap terlindung es selama pembongkaran dari palka ke darat.
ü  Poses pembongkaran dan pelelangan serta pemindahan ke gudang dingin atau ke alat pengangkut lain dapat berlangsung lebih cepat.
ü  Mutu ikan yang didaratkan lebih baik dari pada teknik susunan curahan.

D.            TEKNIK PENDNGINAN DENGAN UDARA DINGIN
Udara dingin ( cold air ) dapat dihasilkan dalam ruangan palka atau kamar dingin (chillroom) yang dilalui suatu lilitan atau gelungan pipa evaporator dari suatu unit refrigerasi mekanik. Pada kamar/palka dingin yang hanya dilengkapi dengan gelungan pipa evaporator saja, udara dingin yang dihasilkan boleh dikatakan hanya bergerak secara alamiah saja. Untuk mempercepat pendinginan produk, kamar dingin itu perlu dilengkapi dengan kipas yang menghasilkan gerakan udara dingin yang didorong. Suatu unit lengkap gelungan pipa evaporator bersama kipas, biasanya disebut unit pendingin (cooler/chiller unit).
1)             Prinsip dan Petunjuk Pendinginan Ikan dengan  Udara Dingin
     Pada pendinginan ikan menggunakan udara dingin terdapat beberapa kekurangan yang perlu diatasi, antara lain :
Ø   Kalau ikan didinginkan hanya dengan udara dingin saja (tanpa kipas), pendinginan berlangsung lambat berhubung tidak terlalu banyak panas yang ditarik dari ikan.
Ø   Lambatnya ikan mendingin dengan udara dingin, dapat dipercepat dengan memasang kipas dalam kamar dingin.
Ø   Ikan yang didinginkan dengan udara dingin akan mengalami pengeringan karena air selalu menguap dari ikan dan mengendap sebagai salju pada permukaan evaporator.
Ø   Suhu udara dingin itu tidak rata melingkupi kamar dingin sehingga pendinginanya tidak dapat merata dan lambatnya ikan menjadi dingin. Ikan yang mengalami pendinginan lambat seperti ini akan merusak rupa, cita rasa dan teksturnya.
Jadi, fungsi udara dingin disini hanyalah menahan dan menyerap panas yang menerobos kedalam kamar / palka dingin.  Di kapal, udara dingin dengan refrigerasi mekanik dimaksudkan untuk mengawetkan es dan  mengatur pelelehan es pada ikan secara minimum.
  
BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Dengan penerapan atau pengguanaan suhu rendah (00) pada saat ikan tetangkap oleh alat tangkap ikan maka ikan akan tetap segar sampai ketangan konsumen karena ikan akan menurun mutunya setelah ikan diangkat keatas daratan oleh karena itu penggunaan suhu rendah sangat baik setelah ikan tertangkap.
Penggunaan  wadah pada saat penanganan ikan juga sangat mempengaruhi kualitas ikan karena penggunaan wadah yang tidak sesuai dengan ukuran ikan dan jenis ikan bisa mempengaruhi atau menyebabkan ikan mendapatkan luka pada kulit ikan.
Teknik pengesan ikan juga sangat mempengaruhi luka pada kulit ikan karena apabila es dicampur  begitu saja dengan ikan maka akan menyebabkan luka pada kulit ikan sebab ikan tidak semua sama jenisnya bentuk dan ukurannya.
B.     Saran
Seharusnya semua kapal perikanan yang bergelut dalam bidang penangkapan ikan khusunya di negara kita sendiri yaitu Indinesia  harus mengetahui tata cara penanganan ikan yang baik setelah ikan tertangkap supaya mutu ikan tetap terjaga sampai ketangan konsumen.

DAFTAR PUSTAKA
Anwar Bey Pane.2009. Kajian kekuatan hasil tangkapan : kasus pelabuhan perikanan Nusantara (ppn) pelabuhanratu sukabumi. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor
Kuncoro, W. 2005. Penanganan Hasil Tangkap Sistem Pembekuan. Pusat Pengembangan dan pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian. Cianjur
mata diklat. 2010. Penaganan Dan Penyimpanan Hasil Tangkap. PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PERTANIAN

No comments:

Post a Comment